Kamis, 04 Februari 2021

Mengenal Cerpen Dengan Baik

Cerpen atau singkatan dari cerita pendek adalah suatu karya sastra prosa fiksi yang berisikan peristiwa yang dibuat oleh penulis yang memiliki wujud fisik berbentuk pendek. 


Banyak dari kita yang mungkin sudah tau secara mendalam tentang cerpen, namun juga ada yang masih awam. Apa itu cerpen? Apa saja ciri dari cerpen? Unsur apa saja yang ada dalam cerpen? Apa sih perbedaan cerpen dengan novel? Seperti apa itu cerpen? Nah, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, mari kita simak penjelasan singkatnya.

A. Ciri-ciri cerpen :

1. Penokohannya sederhana;

2. Beralur tunggal atau  sedehana;
     
3. Jumlah katanya pendek, yaitu  kurang dari 10.000 kata;
     
4. Pemusatan perhatian hanya pada satu tokoh;
     
5. Latar yang dilukiskan hanya sesaat dalam lingkup yang relatif terbatas;
     
6. Hanya mengunkapkan satu masalah kehidupan;
     
7. Bersifat fiktif;
    
8. Peristiwa yang disajikan jelas, cermat, dan singkat.

B. Unsur-unsur cerpen :

• Unsur Intrinsik :
       
a. Tema
Yaitu ide pokok suatu cerita.
       
b. Amanat
Yaitu pesan yang disampaikan pengarang kepada pembaca di dalam sebuah karya. amanat ada dua macam, yaitu amanat tersurat dan amanat tersirat.
       
c. Latar 
Yaitu keterangan mengenai tempat, waktu, dan suasana yang ada di dalam sebuah cerita.
       
d. Penokohan 
Yaitu cara pengarang menggambarkan karakter tokoh cerita.
       
e. Sudut Pandang
Yaitu posisi pengarang menempatkan dirinya dalam membawakan sebuah cerita. 
       
f. Alur atau Plot
Yaitu urutan peristiwa dalam suatu karya sastra.

• Unsur Ekstrinsik :

   □ Latar belakang masyarakat;
   □ Latar belakang penulis;
   □ Nilai yang terkandung.

C. Perbedaan Cerpen dengan Novel

● Cerpen memiliki alur yang singkat dan sederhana dibandingkan dengan novel yang memiliki alur yang panjang dan rumit;

● Latar dalam cerpen terbatas, sedangkan novel memiliki latar yang amat luas.

● Jumlah kata dalam cerpen kurang dari 10.000 ribu kata, sedangkan novel adalah lebih dari 35.000 ribu kata.

● Konflik yang ada dalam cerpen umumnya hanya memiliki satu konflik dengan satu klimaks, sedangkan novel memiliki lebih dari satu konflik dengan beberapa klimaks


D. Contoh Cerpen 

Ikhlasku Kau Dengannya by Misyelina Dwi Artikasari 

Di sebuah taman yang rindang kini aku duduk seorang diri. Suara bisik-bisik dedaunan mengalun indah di pendengaranku. Embusan angin mulai membelai mesra kulitputih pucatku. Cahaya bagaskara mencubit kulitku lewat celah antara dedaunan yang rimbun. Nyanyian merdu burung yang tengah bertengger di ranting pohon menjadi teman dalam kesendirianku saat ini. 

Kumainkan gawai untuk mengenyahkan kebosananku, walau hanya tarik ulur beranda. Adanya aku di sini bukan tanpa alasan. aku diminta untuk datang kemari karena salah seorang sahabatku ingin bertemu dan ingin berbagi cerita. Yah, sebagai sahabat yang baik aku terima saja, karena aku tidak ada jadwal kesibukan lain. 

Aku berdecak kesal saat menilik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kiriku. Ini sudah melebihi waktu yang dijanjikan olehnya.

“Molor banget ini anak,” gerutuku sambil mengembuskan nafas kesal. 

Kusandarkan punggungku ke sandaran kursi taman yang tengah aku duduki, lalu bersedekap tangan di depan dada. Umpatan demi umpatan kini telah aku lontarkan di dalam hati untuk sahabatku yang satu itu. Kebiasaan sekali dirinya.

Namun, tiba-tiba ada tepukan keras di bahu kananku sehingga menghentikan acara pengumpatan tadi. Kutengok siapa gerangan yang dengan sembarangan menepuk, oh tidak, lebih tepatnya memukul bahu orang tanpa izin. 

“Kurang asem!” umpatku kepada orang tersebut. 

Ternyata dia sahabatku yang super lelet, Linda. Orang aneh yang baru aku temui seumur hidupku yang sialnya dia adalah salah seorang sahabat terbaik yang pernah aku punya selama ini.

Dia tertawa tanpa rasa bersalah di depanku, kemudian dia duduk mepet denganku dan merangkulku erat. “Sorry, Beb. Aku sengaja,” ujarnya dengan tampang minta ditampol.

“Lama enggak nungguinnya?” tanyanya.

Aku menoleh kearahnya, lalu tersenyum paksa. “Enggak, cuman satu jam aku nungguin kamu di sini kayak orang ilang,” sindirku yang dibalas ringisan bersalah darinya.

“Maaf. Tadi aku mampir makan dulu,” jelasnya seraya menatapku bersalah. 

“Hm, dimaafkan untuk kali ini,” jawabku.

Dia tersenyum cerah, lalu berkata dengan girang, “Terbaik emang sabahatku ini.”
“Sekar gitu loh,” ujarku menyombongkan diri.

Linda memutar bola matanya malas. “Sombong amat!” sebalnya yang aku acuhkan.

“Katanya kamu mau cerita sesuatu sama aku,” kataku mengingatkan.

“Oh iya!” serunya sambil memukul jidatnya sekali. “Kar, kamu tahu Reno, wakil ketua OSIS?” lanjutnya bertanya.

“I-iya, aku tahu,” jawabku.

“Kamu tahu dia ngapain?” tanya Linda lagi yang langsung kubalas dengan gelangan kepala.

“Dia nembak aku,” ujarnya yang membuat hatiku mencelos sekaligus terkejut bukan main.

“A-apa?” tanyaku terkejut.
“Reno nembak aku kemarin, Kar,” jelasnya membuatku menahan nafas karena terkejut.

“Ka-mu terima?” tanyaku tergagap dengan luka goresan di hati yang menganga.

Dia menangguk antusias. “Aku terima langsung,” jawabnya membuat dadaku sesak. Lalu, dia kembali berkata, “Ternyata selama ini cintaku enggak bertepuk sebelah tangan, Kar.”

“Bukan kamu yang cintanya bertepuk sebelah tangan, Lin, tapi aku. Dan perlu kamu tahu, aku sudah mencintai Reno sebelum dirimu mengenalnya,” batinku  meraung. 

“Aku seneng banget pas kemarin dia ngajak ketemuan dan dengan tiba-tiba dia langsung nyatain cintanya sama aku,” curahnya dengan pipi yang merona di pipi tembamnya yang membuatnya semakin imut dipandang.

 Ada goresan luka yang dalam hati yang baru tercipta. Ada rasa gelenyar aneh yang sedang menghampiri, seperti rasa tidak terima. Tetapi, aku mencoba menghalaunya dengan mencoba tersenyum melihat sahabatku bahagia. Genangan air mata kini mulai memenuhi pelupuk mataku. Namun, segera kuusap cepat sebelum sempat luruh supaya Linda tidak melihatnya.  

Aku tersenyum kepadanya, lalu berkata, “Selamat kalau gitu. Akhirnya sahabatku yang satu ini enggak jadi jomblo lagi.”

Dia membalasnya dengan pelukan singkat. “Makasih. Aku udah enggak jomblo, tapi kamu masih jomblo,” ucapnya sekaligus mengejekku.

Aku mencebikkan bibirku kesal. “Sembarangan! Aku enggak jomblo tau, aku single,” kataku.

Dia memutar bola matanya malas. “Apa bedanya?” tanyanya jengah.

“Single itu komitmen, sedangkan jomblo itu nasib,” kataku sambil menepuk-nepuk dada bangga membuat ia berdecih singkat.

Drrrt drrrt drrrt

Suara getaran handphone menyela, segera saja Linda mengangkatnya.

Kulirik sejenak nama si penelpon. Hatiku tersentil melihatnya ketika kulihat nama Reno dengan lambang love berwarna merah yang mengekor dibelakangnya terpampang jelas di layar handphone milik Linda. Kulihat Linda menekan menggeser tombol hijau ke samping, kemudian terlihat wajah yang familiar di layar, itu pacarnya, Reno yang sedang tersenyum lebar kala melihat wajah Linda. Tak lupa pula pancaran cinta di kedua belah matanya yang membuatku iri. 

“Hallo, Linda sayang,” sapa Reno di balik layar yang membuatku sedikit bergidik.

Linda merona dibuatnya, lalu ia menjawab dengan dengan malu-malu, “Hallo juga pacar!”

“Kamu lagi di mana?” tanya Reno berbasa-basi.

“Lagi ditaman sama temen,” jawab Linda. 

 “Linda, bisa kamu pulang sekarang?” kata Reno di balik sambungan telepon video.

Linda mengerngit sambil menatap layar handphonenya bingung. “Kenapa?”

“Aku ada di rumah kamu sekarang,” jawab Reno sedikit singkat.

“Hah?! Ngapain kamu di rumahku?” tanya Linda terkejut dengan bola mata yang membola.

Terdengar decakan singkat di layar. “Kita ada janji mau diner malam ini kalau kamu lupa,” ucap Reno malas.

“Oh iya, aku lupa,” keluh Linda lalu dia menatapku yang sedari tadi terdiam menyimak interaksi pasangan itu. “Kar, aku pulang dulu, yah? Aku lupa ada janji sama Reno,” lanjutnya kepadaku.

Aku hanya mengangguk tak bersuara membalas ucapan Linda barusan.

“Aku pulang dulu. Hati-hati, jangan pulang terlalu malam. Ingat kamu jomblo! Gak akan ada yang jemput kamu dengan suka rela, haha,” tuturnya berpamit sekaligus menyindir statusku.

Aku masih terdiam melihat punggung Linda yang kian menghilang dari kedua sorot netraku. Sebenarnya, hatiku searasa tercubit dengan ucapan terakhir Linda tadi. Itu kembali mengingatkanku akan nasib cintaku yang ternyata cinta sepihak. Apalagi orang yang aku suka itu  kini pacar sabahatku sendiri. Ingin memperjuangkan, namun sudah kalah sebelum mencoba. Ingin menyatakan, tetapi takut memperoleh rasa yang menyakitan. Hanya ada kata melupakan yang harus aku jalani.

Kupejamkan mata guna menghempas keinginan-keinginan negatif yang mencoba melingkupi hasratku. Helaan nafas kukeluarkan bersamaan kedua kelopak mataku yang terbuka. Mungkin ini adalah takdir yang telah Tuhan gariskan untukku. Memang, mencintai dalam diam adalah hal yang sukar, namun akan kucoba menghilangkan perasaan cintaku demi sahabatku. Karena menurutku cinta tak harus memulu saling memiliki, tetapi makna cinta yang sesungguhnya adalah turut bahagia melihat orang yang kita cinta bahagia dengan pilihan hidupnya. 

Sebuah senyuman terbit di wajahku walau ada rasa yang tertinggal dibaliknya. “Aku rela kau bersamanya asal kalian behagia,” kataku tulus dari dalam hati.

TAMAT

Sekian penjalasan singkatnya. semoga dapat membantu untuk menambah wawasan pengetahuan kalian:)

Mengenal Cerpen Dengan Baik

Cerpen atau singkatan dari cerita pendek adalah suatu karya sastra prosa fiksi yang berisikan peristiwa yang dibuat oleh penulis yang memili...